Pasca Panen Kelapa Sawit
Panen
dan pasca panen kelapa sawit
Proses panen kelapa sawit
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon
sampai dengan pengangkutan kepabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan
buah segar, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke
TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik.
TUJUAN PANEN KELAPA SAWIT
Memanen buah pada tingkat kematagan yang
optimum, memanen dan mengutip brondolan, mengirim TBS ke pabrik dalam waktu
1hari setelah panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyusutan dan
mengurangi kandungan minyak bebas di dalam minyak sawit mentah atau CPO(crude
palm oil).
SISTEM PANEN
Standart panen yang digunakan antara satu
perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan berbeda.
- Tandan buah matang minimal harus memiliki 5 brondolan di piringan pertanda buah siap di panen
- Pelepah yang d tunas di potong tiga bagian dan di susun rapi pada gawangan mati.
- TBS dan brondolan disusun rapi di TPH untuk pengangkutan ke pabrik
- Tangkai buah di potong menyerupai huruf V
- Egrek
- Dodos dgn lebar 10-12,5cm
- Karung goni untuk tmpt brondolan
- Kapak kecil/parang untuk memotong tangkai buah
- Kereta dorong/keranjang pikul untuk ngelansir buah
Pemanenan
kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit
mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2 - 3 tahun. Buah akan menjadi
masak sekitar 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa
sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah
menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada
daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas
dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol
(Fauzi et al. 2008)
Proses panen dan
penanganan pasca panen meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta
ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, alat
panen, rotasi, sistem panen, serta mutu panen (Hartanto 2011)
Aspek Teknis
1.
Persiapan Pemanenan
Persiapan
panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan
pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga
potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4) penyediaan alat-alat
kerja.
Persiapan
kondisi areal meliputi perbaikan jalan dan jembatan, pembersihan piringan,
pemasangan titi panen, pasar tikus, pembuatan TPH, dan pembuatan tapal kuda
untuk areal berbukit. Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan
tenaga pada saat panen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan
tetap memperhitungkan faktor umur tanaman dan kerapatan buah (Pahan 2012).
2.
Pelaksanaan Panen
Dalam
pelaksaan panen, semua pemanen harus sudah tiba di ancak dan siap memotong buah
paling lambat 06.30 waktu setempat. Sebelum bekerja, seluruh pemenen
harus diberi pengertian tentang pentingnya peralatan yang terbaik agar dapat mencapai
hasil yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.
Aspek Manajerial
1.
Kriteria matang panen
Kriteria
matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu anda agar dapat memotong
buah pada saat yang tepat di masa panen. Pada saat ini, kriteria umum yang
banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman berumur
kurang dari 10 tahun dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman
berumur lebih dari 10 tahun dengan jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun,
secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar
(TBS) terdapat 2 brondolan (Hartanto 2011)
2.
Rotasi dan sistem panen
Rotasi
panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen
berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada
umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus diancak
oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap lebih baik bila buah tidak
lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu
terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari
berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu :
Sistem
giring, Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen
pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, segitu seterusnya.
Sistem tetap, Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang
sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda.
Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak
berpindah-pindah.
3.
Kerapatan panen
Kerapatan
panen adalah sejumlah angka yang menunjukan tingkat kerapatan pohon matang
panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistemm blok maupun pada sistem
group. Agar lebih akurat dalam menentukan kerapatan panen, dapat ditentukan
selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada
areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen.
ROTASI PANEN
Rotasi panen di divisi diatur
dengan hari kerja pabrik, 6/7 dan 5/7 mksudnya dalam 1 minggu terdapat 6 hari
pemanen dan 1 hari untuk melakukan pemeliharan. Begitu jga dengan 5/7. Sebelum melakukan pemanenan
seorang mandor panen di wajibkan untuk mencari angka kerapatan panen(AKP) ke
blok yang akan dilakukan kegiatan pemanenan hal ini dilakukan untuk mengatur
kebutuhan tenaga panen dan penyedian sarana transportasi, pohon contoh
disensus sebanyak 100 phn/blok, diambil dri baris 5,15,25,35,45 masing-masing
sebanyak 20 phn, hitung tandan yang sudah masuk kriteria panen yaitu 5
brondolan/piringan. Misal dalam seratus pohon yang kita sensus terdapat 24
tandan matang, berarti kerapatan panen (KP) = 24/100 = 0,24 atau 1:4 artinya
dari setiap 4 pohon terdapat 1 tandan matang, bila BJR(berat janjang rata-rata)
12kg maka perkiraan panen 0,24 x 2,240 x 12 kg = 6.451kg, bila kapasitas
(PN=Prestasi normal) 1 orng tenaga panen 800kg jd diperlukan 8 orng tenaga
pemanen untuk melakukan pemanenan di blok tersebut. Truck/kendaraan di
sesuaikan dngan produksi tsb.
Perkembangan Jumlah Dan
Berat Tandan Rata-Rata
Umur
(Tahun)
|
Jumlah Tandan
Pohon/Tahun
|
BJR
|
3 – 8
|
15 – 25
|
3.5 – 13
|
8 – 6
|
10 – 15
|
14 – 24
|
Ø 16
|
4 – 8
|
25 – 30
|
Persiapan Panen
Untuk mencapai tujuan potong
buah yang dianjurkan (kualitas dan kuantitas) maka perlu dipersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan panen, diantaranya : pengaturan seksi
potong buah, persiapan pralatan panen, dan persiapan tenaga kerja.
Ada dua konsep pemanenan
- Sistem 6/7 Yang artinya : melaksanakan panen selama 6 hari dari 7 hari yg tersedia dalam 1 minggu
- Sistem 5/7 yang artinya : melaksanakan panen selama 5 hari dari 7 hari yang tersedia dalam 1 minggu
MANFAAT SEKSI POTONG BUAH
- Satu seksi di panen 1 hari
Seksi potong buah harus disusun sedemikian rupa
sehingga areal atau blok yang akan dipanen setiap hari menjadi
terkonsentrasi(tidak terpencar-pencar), harus kita hindari adanya
potongan-potongan hancak panen, artinya satu seksi selesai dalam 1hari.
- Mempermudah pindah ancak dari blok ke blok.
Karena ancak panen sudah ditetapkan dalam setiap
baris maka diharapkan satu seksi panen selesai dipanen, demikian pada saat
panen keancak berikutnya juga bersama-sama
- Mempermudah kontrol pengawasan.
(Asisten, mandor 1, mandor panen) hal ini
dikarenakan maksimum blok yang akan dipanen 1hari adalah +/- 1/6 dari
total areal TM, atau biasa berkisar 2-3 blok dan hanya 2-3 blok inilah yang
wajib di kontrol.
- Out put pemanen lebih tinggi.
Wilayah panen yang terkonsentrasi, yang harapannya
out put pemanen meningkat (waktu tidak habis untuk janjang)
- Transport FBB lebih efisien.
Rata-rata produksi harian yang relatif lama,
memudahkan pengelolaan dan organisasi kendaraan.
PRAKIRAAN PRODUKSI
PRODUKSI TAHUNAN
Pengamatan dilakukan 1x tiap 6 bulan
PRODUKSI TAHUNAN
Pengamatan dilakukan 1x tiap 6 bulan
- Tanggal 1-15 des dilakukan sensus untuk prakiraan produksi semester 1
- Tanggal 1-15 juni dilakukan sensus untuk prakiraan produksi semester 2
Pohon contoh sebanyak (kurang lebih 5%) untuk
luas blok 25ha sebanyak 162 pohon dan untuk luas blok 16ha 104 pohon. Pohon
contoh diambil selang 10 baris dan pada tiap baris tsb diambil selang 5 pohon.
Tiap pohon contoh di hitung berapa jumlah tandan
yang sudah menjadi buah dan brpa jumlah tandan bungan betina, kemudia jumlahkan
semuanya. Tandan inilah yang akan di panen selama priode 6
bulan. Berikut cara penghitungannya, Misal tahun tanam 1994, luas 16ha, jumlah pohon
2240pkk, pengamatan pohon contoh yang di dapat jumlah pokok 72, jumalah tandan
641 BJR 12kg,
Pada akhir bulan juni di lakukan prakiraan untuk
semester 2. Krani 1 mengumpulkan angka-angka seluruh blok,
angka ini digunakan untuk penyusunan RKAD(Rencana Kerja Anggaran Divisi) dan
RAB (Rencana Anggaran Bulanan).
Pada lini pertama pemeriksaan
dilakukan oleh Mdr.Panen, pemeriksaan di lapangan dan TPH. Kesalahan yang
terjadi diberi sanksi berupa pengurangan nilai premi maupun denda sesuai
ketentuan yang berlaku.
Hal yang perlu dilakukan pemeriksaan di ancak :- Tandan matang tidak di panen
- TBS tertinggal d gawangan
- Brondolan tidak di kutip
- Pelepah tidak di susun
Hal yang perlu dilakukan pemeriksaan di TPH :
- Tandan afkir
- Tandan mentah
- Tangkai panjang
- Susunan dan kebersihan tandan
- Kebersihan brondolan
- Buah busuk
- Frekuensi pemeriksaan :
- Mandor panen 1x sehari
Mandor
1 memeriksa 1 pemanen 1x seminggu.
NB: pemanen yang sering berbuat kesalahan harus dibina secara intensif.
PENGANGKUTAN
Prinsip : buah harus diangkut paling lambat 12 jam saat panen.
Alat angkut pada umumnya adalah truck/dum truck
Route : koordinasi mandor 1, mandor panen, krani buah, krani transport, dengan mengikuti ancak/kapveld panen harian.
Kebutuhan truck di tentukan oleh banyaknya TBS.
1hari kerja truck umumnya 4trip
Mengelilingi TPH + Muat = 40 menit
Bongkar di pabrik klaw pkek truk biasa = 20 menit
Lapangan ke pabrik (PP Kepabrik +/- 20km = 60menit
1 trip rata-rata = 2jam
1 truck kapsitas 6ton jadi, 1 hari dapat mengangkut 24 ton TBS
SAPTA DISIPLIN POTONG BUAH
NB: pemanen yang sering berbuat kesalahan harus dibina secara intensif.
PENGANGKUTAN
Prinsip : buah harus diangkut paling lambat 12 jam saat panen.
Alat angkut pada umumnya adalah truck/dum truck
Route : koordinasi mandor 1, mandor panen, krani buah, krani transport, dengan mengikuti ancak/kapveld panen harian.
Kebutuhan truck di tentukan oleh banyaknya TBS.
1hari kerja truck umumnya 4trip
Mengelilingi TPH + Muat = 40 menit
Bongkar di pabrik klaw pkek truk biasa = 20 menit
Lapangan ke pabrik (PP Kepabrik +/- 20km = 60menit
1 trip rata-rata = 2jam
1 truck kapsitas 6ton jadi, 1 hari dapat mengangkut 24 ton TBS
SAPTA DISIPLIN POTONG BUAH
- Buah matang panen (buah N) di potong semua
- Buah mentah tidak ada (A = 0%)
- Buah disusun rapi di TPH dengan gagang TBS dipotong rapat (maks,2cm)
- Brondolan dikutip bersih
- Pelepah disusun rapi digawangan mati
- Tidak ada pelepah sengkleh
- Administrasi up to date dan benar.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit
adalah sebagai berikut:
1) Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya
direbus di dalam sterilizer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130
oC selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat
menstimulir pembentukan free fatty acid
- Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
- Mempermudah perontokan buah
- Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi
2) Perontokan Buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan
dari tandannya dengan menggunakan mesin thresher. Tandan kosong disalurkan ke
tempat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organik. Sedangkan buah
yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan. Selama proses
perontokan buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.
3) Pelumatan Buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong
dan mencacah buah di dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar.
Suhu di dalam steam jacket sekitar 85-90ºC. Tujuan dari pelumatan buah adalah :
- Menurunkan kekentalan minyak
- Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah
- Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4) Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)
Proses
pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan
sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan dilakukan
dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang
bersuhu 95ºC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan
dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5) Pemurnian (Klasifikasi Minyak)
Minyak
kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih
mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air sekitar 40-45% air. Untuk
itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Persentase minyak sawit yang
dihasilkan dalam proses pemurnian ini sekitar 21%.
Proses
pemurnian minyak kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
a.
Pemurnian
minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b.
Sentrifusi
minyak
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.
c.
Pengeringan
hampa
Dalam tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan –75 cmHg.
Dalam tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan –75 cmHg.
d.
Pemurnian
minyak di dalam tangki lumpur
Proses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
Proses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e.
Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah halus.
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah halus.
f.
re
Cleaner
Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude.
Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude.
g.
Sentrifusi
lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h.
Sentrifusi
Pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat.
Tahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat.
i.
Pengeringan
minyak
Dalam proses pengeringan minyak kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.
Dalam proses pengeringan minyak kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.
6) Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)
Ampas
buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipanaskan sampai
keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatis. Serabut
selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning
atau polishing drum. Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam.
7) Pengeringan dan Pemisahan Inti Sawit dari
Cangkang
Setelah
dipisahkan dari serabut selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu
56ºC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan
mengakibatkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk
memisahkan inti sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator.
Setelah terpisah dari tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih.
Proses selanjutnya inti dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses
pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90ºC.
STANDAR
MUTU MINYAK KELAPA SAWIT
Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan bahwa minyak
tersebut bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu:
- Kandungan
air dan kotoran
- Kandungan
asam lemak bebas
- Warna
- Bilangan
peroksida
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu, adalah:
- Titik cair
- Kandungan gliserida
- Refining loss (kehilangan pada saat pengolahan)
- Plastisitas (kelenturan)
- Spreadability (kemudah-tersebaran)
- Kejernihan
- Kandungan logam berat
- Bilangan penyabunan
Mutu minyak kelapa sawit yang baik, umumnya mempunyai:
- Kadar air < 0,1%
- Kadar kotoran < 0,01%
- Kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin yaitu < 2%
- Bilangan peroksida < 2
- Bebas dari warna merah & kuning, tidak berwarna hijau, harus berwarna pucat dan jernih
- Kandungan logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam.
I. STANDAR MUTU:
Rujukan / reference:
- SNI
- Ordinary
(biasa)
- Special
Prime Bleach (SPB)
- Internasional
Jika Minyak Kelapa Sawit akan dijual di Indonesia (dalam negeri) cukup
Standar Mutu SNI, teapi jika akan dieksport maka harus memenuhi Standar Mutu
Internasional, jika tidak, akan sulit bersaing di pasaran dunia.
Standar mutu yang harus dipenuhi adalah:
- Warna )
- Kadar
air ) SNI )
- Pengotor ) )
- Asam lemak
bebas ) )
- Bilangan Iod )
- Besi ) SPB
- Tembaga )
- Karoten )
- Tokoferol )
- Pemucatan : Red &
Yellow )
SNI:
SNI = Standar Nasional Indonesia
Untuk Minyak Kelapa Sawit, SNI 01-2901-1992, terdiri dari:
a.
Ruang Lingkup:
Meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, dan cara pengemasan minyak kelapa sawit
Meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, dan cara pengemasan minyak kelapa sawit
b.
Definisi:
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah Elaeis guineensis Jacg.
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah Elaeis guineensis Jacg.
c.
Jenis Mutu:
Minyak kelapa sawit digolongan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatra palm oil.
Minyak kelapa sawit digolongan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatra palm oil.
d.
Syarat Mutu
No.
|
Karakteristik
|
Syarat
|
Cara Pengujian
|
1.
|
Warna
|
Kuning jingga smp kemerahan
|
Visual
|
2.
|
Asam lemak
bebas (sbg asam palmitat)
|
5,0
|
BS 684-1958
|
3.
|
Kadar kotoran
|
0,05
|
SNI 01 – 3184 - 1992
|
4.
|
Kadar air
|
0,45
|
BS 684-1958
|
Sumber: SNI - 1992
5. Pengambilan contoh
a.
Cara Pengambilan contoh
b.
In bulk
c.
Petugas pengambil contoh
6. Pengemasan
a.
Cara pengemasan
b.
Pemberian merk
Minyak kelapa sawit mentah (CPO), SNI 01-2901-2006
Kriteria Uji :
No.
|
Kriteria
|
Satuan
|
Pesyaratan
|
A
|
Warna
|
-
|
Jingga kemerah
|
B
|
Kadar air dan kotoran
|
%, fraksi masa
|
0,5 maks
|
C
|
Asam lemak
bebas (sbg asam palmitat)
|
%, fraksi masa
|
0,5 maks
|
D
|
Bilangan yodium
|
g yodium /100g
|
50 – 55
|
Minyak Mentah Inti Sawit (PKO), SNI 0003-1987
Kriteria Uji :
No.
|
Kriteria
|
Satuan
|
Pesyaratan
|
A
|
Asam lemak
bebas (sbg asam laurat)
|
% (w/w)
|
Maks 5,0
|
F
|
Kandungan benda asing
|
% (w/w)
|
Maks 0,05
|
G
|
Kadar air
|
% (w/w)
|
Maks 0,45
|
Minyak kelapa sawit lainnya, SNI 01-0018-1987
Kriteria Uji :
No.
|
Kriteria
|
Satuan
|
Persyaratan
|
A
|
Asam lemak bebas
|
% (b/b)
|
Maks 0,1
|
B
|
Kadar air dan kotoran
|
% (b/b)
|
Maks 0,15
|
C
|
Bilangan Iod
|
-
|
Min 55
|
D
|
Titik keruh
|
° C
|
Maks 10
|
E
|
Titik lunak
|
° C
|
Maks 24
|
F
|
Warna
|
-
|
Merah: maks 3 ; Kuning: maks 30
|
G
|
Rasa
|
-
|
Normal
|
Produk Oleo chemical:
1.
Margarin dalam kemasan kedap udara
2.
Margarin dalam kemasan tidak kedap udara
3.
Sabun mandi & sabun toilet
4.
Sabun kesehatan & desinfektan
5.
Bungkil & limbah padat lainnya
DISKRIPSI / URAIAN:
Standar ini
menetapkan:
- Syarat mutu,
- Pengambilan contoh,
- Cara uji,
- Pengemasan,
- Syarat penandaan dan
rekomendasi minyak kelapa sawit mentah (Crude palm oil - CPO).
Syarat mutu
meliputi:
- Warna yaitu jingga
kemerah-merahan;
- Kadar air,
- Kotoran
- Asam lemak bebas (sebagai
asam falmitat) maks 0,5 (%, fraksi masa)
- Bilangan yodium 50-55 (g
yodium/100g)
Pengambilan contoh diterapkan untuk:
- In bulk (storage tank) dan/atau
- Palka kapal serta mobil tangki (road tanker)
Pengujian penentuan warna: secara visual dengan kasat mata
Penetapan kadar air, dilakukan dengan 2 metode yaitu:
- Metode pemanasan dengan oven atau
- Metode pemanasan dengan hot
plate.
Prinsip penghitungan persentase
kandungan air adalah selisih berat contoh sebelum dan sesudah dipanaskan.
Kadar kotoran:
Dihitung sebagai bahan yang terkandung
dalam minyak sawit mentah yang tidak larut dalam n-heksan atau light petroleum.
Kadar asam lemak bebas:
Dihitung sebagai presentase berat (b/b)
dari asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit mentah (CPO) dimana
berat molekul asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 256 (sebagai asam
palmitat).
Bilangan yodium:
Dinyatakan sebagai gram yodium yang
diserap per 100 gram minyak.
Pengemasan:
Minyak kelapa sawit mentah (CPO) dikemas
dalam bentuk curah (bulk) atau mobil tangki (road tanker). Wadah yang dipakai
harus dibuat dari bahan yang tidak mempengaruhi isi dan melindungi produk dari
kontaminasi luar.
Pengiriman:
Pada setiap pengriman, dilengkapi dengan
dokumen berisi keterangan
- nama dan alamat perusahaan ;
- nama barang;
- tempat tangki timbun di pelabuhan (Shore tank);
- tanggal pengiriman;
- berat bersih;
- tempat/negara tujuan; dan
- keterangan-keterangan lain yang diperlukan.
Rekomendasi suhu minyak CPO:
- Pada waktu akan dimuat/dibongkar
(loading/dicharge) adalah 45°C sampai 55oC,
- Selama perjalanan (voyage)
adalah maksimum 40°C
Lemak dan minyak hewani dan nabati, SK Penetapan
: 107/KEP/BSN/05/2006 Tanggal Penetapan :
16-05-2006 [dd-mm-yyyy], SNI Ini Merevisi SNI 01-2901-1992 Minyak kelapa sawit
Standar Mutu SPB dan Ordinary:
No.
|
Kandungan
|
SNI
|
SPB
|
Ordinary
|
1.
|
Warna
|
Kuning-jg-kmrh
|
-
|
-
|
2.
|
Air
|
Maks 0,5 %
|
0,1 %
|
0,1 %
|
3.
|
Pengotor
|
Maks 0,5 %
|
0,002 %
|
0,01 %
|
4.
|
Asam lemak bebas
|
Maks 0,5 %
|
1-2 %
|
3-5 %
|
5.
|
Bilangan Iodium
|
50 - 55 g Iod/100 g
|
53 ± 1,5
|
45 - 56
|
6.
|
Besi
|
10 ppm
|
10 ppm
|
|
7.
|
Tembaga
|
0,5 ppm
|
0,5 ppm
|
|
8.
|
Karoten
|
500 ppm
|
500 – 700 ppm
|
|
9.
|
Tokoferol
|
800 ppm
|
400 – 600 ppm
|
|
10.
|
Pemucatan: Red
Yellow
|
< 2,0
20
|
< 3,5
35
|
Sumber: Krischenbauer (1960)
II. STANDAR ILMIAH MINYAK KELAPA SAWIT
1. Sifat
Fisiko-Kimia
2. Pengujian
Sifat Fisik
3. Pengujian
Sifat Kimia
4. Berdasar
Analisis Pangan (IPB)
Sifat Fisiko-Kimia:
a) Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit (CPO)
dan Minyak Inti Sawit (Kernel)
No.
|
Sifat Fisiko-Kimia
|
Minyak Sawit
|
Minyak Inti Sawit
|
1.
|
Bobot jenis (suhu
kmr)
|
0,900
|
0,900 – 0,913
|
2.
|
Indeks bias (D.
40°C)
|
1,4565 – 1,4585
|
1,405 – 1,415
|
3.
|
Bilangan Iod
|
48 – 56
|
14 – 20
|
4.
|
Bilangan
Penyabunan
|
196 – 205
|
244 – 254
|
Sumber: Krischenbauer (1960)
b) Minyak
kelapa sawit sebelum & sesudah dimurnikan
No.
|
Sifat Fisiko-Kimia
|
MS Kasar
|
MS Murni
|
1.
|
Titik cair : awal
|
21 – 24
|
29,4
|
akhir
|
26 – 29
|
40,0
|
|
2.
|
Bobot jenis pada
15°C
|
0,859 – 0,870
|
-
|
3.
|
Indeks bias (D.
40°C)
|
36,0 – 37,5
|
40 – 49
|
4.
|
Bilangan
Penyabunan
|
224 – 249
|
196 – 206
|
5.
|
Bilangan Iodium
|
14,5 – 19,0
|
46 – 52
|
6.
|
Bilangan Reichert
Meissl
|
5,2 – 6,5
|
-
|
7.
|
Bilangan Polenske
|
9,7 – 10,7
|
-
|
8.
|
Bilangan Krichner
|
0,8 – 1,2
|
-
|
9.
|
Bilangan Bartya
|
33
|
-
|
Sumber: Krischenbauer (1960)
Pengujian Sifat
Fisik (Ketaren, 38-48):
1.
Penentuan
kadar minyak
2.
Kadar
air & Zat menguap
3.
Bobot
jenis
4.
Titik
cair
5.
Turbidity
point
6.
Indeks
bias
7.
Warna
dengan Spektrofotometer
8.
Warna
dengan cara Wesson
9.
Kelarutan
Pengujian Sifat Kimia (Ketaren, 48-65):
- Bilangan asam
- Bilangan penyabunan
- Bilangan ester
- Bahan yang tidak tersabunkan
- Asam lemak total
- Asam lemak jenuh & tidak jenuh
- Bilangan Hehner
- Bilangan Reichert-Meissl
- Bilangan Polenske
- Bilangan Kirschner
- Bilangan Iodium
- Bilangan Thiocyanogen
- Bilangan asetil & hidroksi
- Bilangan peroksida
Berdasarkan analisis pangan:
- Titik cair
- Bobot jenis
- Turbidity point
- Indeks bias
- Uji ketengikan
- Bilangan TBA
- Bilangan peroksida
- Bilangan Iodium
- Bilangan penyabunan
- Bilangan asam
DAFTAR
PUSTAKA
Bahan
Kuliah Kimia Dasar TPS ITSB 2011-2012 Dr. Endang Kumolowati, M.Apt.
Komentar
Posting Komentar