Pasca Panen Kelapa Sawit

Panen dan pasca panen kelapa sawit
 

Proses panen kelapa sawit
          Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan pengangkutan kepabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah segar, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik.

TUJUAN PANEN KELAPA SAWIT
          Memanen buah pada tingkat kematagan yang optimum, memanen dan mengutip brondolan, mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 1hari setelah panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyusutan dan mengurangi kandungan minyak bebas di dalam minyak sawit mentah atau CPO(crude palm oil).

SISTEM PANEN
          Standart panen yang digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan berbeda.

  • Tandan buah matang minimal harus memiliki 5 brondolan di piringan pertanda buah siap di panen
  • Pelepah yang d tunas di potong tiga bagian dan di susun rapi pada gawangan mati.
  • TBS dan brondolan disusun rapi di TPH untuk pengangkutan ke pabrik
  • Tangkai buah di potong menyerupai huruf V
PERALATAN PANEN
  • Egrek 
  • Dodos dgn lebar 10-12,5cm
  • Karung goni untuk tmpt brondolan
  • Kapak kecil/parang untuk memotong tangkai buah
  • Kereta dorong/keranjang pikul untuk ngelansir buah

 Pemanenan kelapa sawit
          Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2 - 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol (Fauzi et al. 2008)
          Proses panen dan penanganan pasca panen meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, alat panen, rotasi, sistem panen, serta mutu panen (Hartanto 2011)

Aspek Teknis

1.      Persiapan Pemanenan
Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4) penyediaan alat-alat kerja.
Persiapan kondisi areal meliputi perbaikan jalan dan jembatan, pembersihan piringan, pemasangan titi panen, pasar tikus, pembuatan TPH, dan pembuatan tapal kuda untuk areal berbukit. Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pada saat panen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan tetap memperhitungkan faktor umur tanaman dan kerapatan buah (Pahan 2012).
2.      Pelaksanaan Panen
Dalam pelaksaan panen, semua pemanen harus sudah tiba di ancak dan siap memotong buah paling lambat 06.30 waktu setempat.  Sebelum bekerja, seluruh pemenen harus diberi pengertian tentang pentingnya peralatan yang terbaik agar dapat mencapai hasil yang maksimal, baik kualitas maupun kuantitas.

Aspek Manajerial
1.      Kriteria matang panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu anda agar dapat memotong buah pada saat yang tepat di masa panen. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman berumur kurang dari 10 tahun dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun dengan jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan (Hartanto 2011)
2.      Rotasi dan sistem panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus diancak oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap lebih baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu :
Sistem giring, Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, segitu seterusnya. Sistem tetap, Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi berbukit atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah.
3.      Kerapatan panen
Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistemm blok maupun pada sistem group. Agar lebih akurat dalam menentukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen.

ROTASI PANEN
    Rotasi panen di divisi diatur dengan hari kerja pabrik, 6/7 dan 5/7 mksudnya dalam 1 minggu terdapat 6 hari pemanen dan 1 hari untuk melakukan pemeliharan. Begitu jga dengan 5/7. Sebelum melakukan pemanenan seorang mandor panen di wajibkan untuk mencari angka kerapatan panen(AKP) ke blok yang akan dilakukan kegiatan pemanenan hal ini dilakukan untuk mengatur kebutuhan tenaga panen dan penyedian sarana transportasi,  pohon contoh disensus sebanyak 100 phn/blok, diambil dri baris 5,15,25,35,45 masing-masing sebanyak 20 phn, hitung tandan yang sudah masuk kriteria panen yaitu 5 brondolan/piringan. Misal dalam seratus pohon yang kita sensus terdapat 24 tandan matang, berarti kerapatan panen (KP) = 24/100 = 0,24 atau 1:4 artinya dari setiap 4 pohon terdapat 1 tandan matang, bila BJR(berat janjang rata-rata) 12kg maka perkiraan panen 0,24 x 2,240 x 12 kg = 6.451kg, bila kapasitas (PN=Prestasi normal) 1 orng tenaga panen 800kg jd diperlukan 8 orng tenaga pemanen untuk melakukan pemanenan di blok tersebut. Truck/kendaraan di sesuaikan dngan produksi tsb.


Perkembangan Jumlah Dan Berat Tandan Rata-Rata

Umur
(Tahun)
Jumlah Tandan
Pohon/Tahun
BJR
3 – 8
15 – 25
3.5 – 13
8 – 6
10 – 15
14 – 24
Ø  16
4 – 8
25 – 30

Persiapan Panen
       Untuk mencapai tujuan potong buah yang dianjurkan (kualitas dan kuantitas) maka perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan panen, diantaranya : pengaturan seksi potong buah, persiapan pralatan panen, dan persiapan tenaga kerja.

SEKSI POTONG BUAH
Ada dua konsep pemanenan
  • Sistem 6/7  Yang artinya : melaksanakan panen selama 6 hari dari 7 hari yg tersedia dalam 1 minggu
  • Sistem 5/7  yang artinya : melaksanakan panen selama 5 hari dari 7 hari yang tersedia dalam 1 minggu
Oleh karena itu areal TM di bagi 6 atau 5 bagian, dan pembagian inilah yang disebut seksi potong buah.

MANFAAT SEKSI POTONG BUAH
  • Satu seksi di panen 1 hari

Seksi potong buah harus disusun sedemikian rupa sehingga areal atau blok yang akan dipanen setiap hari menjadi terkonsentrasi(tidak terpencar-pencar), harus kita hindari adanya potongan-potongan hancak panen, artinya satu seksi selesai dalam 1hari.

  • Mempermudah pindah ancak dari blok ke blok.

Karena ancak panen sudah ditetapkan dalam setiap baris maka diharapkan satu seksi panen selesai dipanen, demikian pada saat panen keancak berikutnya juga bersama-sama

  • Mempermudah kontrol pengawasan.

(Asisten, mandor 1, mandor panen) hal ini dikarenakan maksimum blok yang akan dipanen 1hari adalah +/-  1/6 dari total areal TM, atau biasa berkisar 2-3 blok dan hanya 2-3 blok inilah yang wajib di kontrol.
  • Out put pemanen lebih tinggi.
Wilayah panen yang terkonsentrasi, yang harapannya out put pemanen meningkat (waktu tidak habis untuk janjang)
  • Transport FBB lebih efisien.
Rata-rata produksi harian yang relatif lama, memudahkan pengelolaan dan organisasi kendaraan.
 
PRAKIRAAN PRODUKSI

PRODUKSI TAHUNAN
Pengamatan dilakukan 1x tiap 6 bulan
  • Tanggal 1-15 des dilakukan sensus untuk prakiraan produksi semester 1
  • Tanggal 1-15 juni dilakukan sensus untuk prakiraan produksi semester 2

     Pohon contoh sebanyak (kurang lebih 5%) untuk luas blok 25ha sebanyak 162 pohon dan untuk luas blok 16ha 104 pohon. Pohon contoh diambil selang 10 baris dan pada tiap baris tsb diambil selang 5 pohon.

Cara pengamatan/menghitungnya :

        Tiap pohon contoh di hitung berapa jumlah tandan yang sudah menjadi buah dan brpa jumlah tandan bungan betina, kemudia jumlahkan semuanya. Tandan inilah yang akan di panen selama priode 6 bulan. Berikut cara penghitungannya, Misal tahun tanam 1994, luas 16ha, jumlah pohon 2240pkk, pengamatan pohon contoh yang di dapat jumlah pokok 72, jumalah tandan 641 BJR 12kg, 
         Pada akhir bulan juni di lakukan prakiraan untuk semester 2. Krani 1 mengumpulkan angka-angka seluruh blok, angka ini digunakan untuk penyusunan RKAD(Rencana Kerja Anggaran Divisi) dan RAB (Rencana Anggaran Bulanan).

Pemeriksaan panen
    Pada lini pertama pemeriksaan dilakukan oleh Mdr.Panen, pemeriksaan di lapangan dan TPH. Kesalahan yang terjadi diberi sanksi berupa pengurangan nilai premi maupun denda sesuai ketentuan yang berlaku.
Hal yang perlu dilakukan pemeriksaan di ancak :
  • Tandan matang tidak di panen
  • TBS tertinggal d gawangan
  • Brondolan tidak di kutip
  • Pelepah tidak di susun

Hal yang perlu dilakukan pemeriksaan di TPH :
  • Tandan afkir
  • Tandan mentah
  • Tangkai panjang
  • Susunan dan kebersihan tandan
  • Kebersihan brondolan
  • Buah busuk
  • Frekuensi pemeriksaan : 
  • Mandor panen 1x sehari

Mandor 1 memeriksa 1 pemanen 1x seminggu.
NB: pemanen yang sering berbuat kesalahan harus dibina secara intensif.

PENGANGKUTAN
Prinsip : buah harus diangkut paling lambat 12 jam saat panen.
Alat angkut pada umumnya adalah truck/dum truck
Route : koordinasi mandor 1, mandor panen, krani buah, krani transport, dengan mengikuti ancak/kapveld panen harian.
Kebutuhan truck di tentukan oleh banyaknya TBS.
1hari kerja truck umumnya 4trip
Mengelilingi TPH + Muat    = 40 menit
Bongkar di pabrik klaw pkek truk biasa = 20 menit
Lapangan ke pabrik (PP Kepabrik +/- 20km = 60menit
1 trip rata-rata = 2jam
1 truck kapsitas 6ton jadi, 1 hari dapat mengangkut 24 ton TBS

SAPTA DISIPLIN POTONG BUAH
  • Buah matang panen (buah N) di potong semua
  • Buah mentah tidak ada (A = 0%)
  • Buah disusun rapi di TPH dengan gagang TBS dipotong rapat (maks,2cm)
  • Brondolan dikutip bersih
  • Pelepah disusun rapi digawangan mati
  • Tidak ada pelepah sengkleh
  • Administrasi up to date dan benar.
NB: Kunci utama keberhasilan dari suatu tujuan tergantung dari rasa keperdulian yang harus dimiliki oleh smua pengelola kebun.

Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1)      Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 oC selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:

Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat menstimulir pembentukan free fatty acid
  • Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
  • Mempermudah perontokan buah
  • Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi

2)      Perontokan Buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dari tandannya dengan menggunakan mesin thresher. Tandan kosong disalurkan ke tempat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organik. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.

3)      Pelumatan Buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu di dalam steam jacket sekitar 85-90ºC. Tujuan dari pelumatan buah adalah :

  • Menurunkan kekentalan minyak
  • Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah
  • Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp

4)      Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)
Proses pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95ºC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.

5)      Pemurnian (Klasifikasi Minyak)
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air sekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses pemurnian ini sekitar 21%. 
Proses pemurnian minyak kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

a.       Pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b.      Sentrifusi minyak
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.
c.       Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan –75 cmHg.
d.      Pemurnian minyak di dalam tangki lumpur
Proses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e.       Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah halus.
f.       re Cleaner
Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude.
g.      Sentrifusi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h.      Sentrifusi Pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat.
i.        Pengeringan minyak
Dalam proses pengeringan minyak kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.

6)      Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)
Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam.
7)      Pengeringan dan Pemisahan Inti Sawit dari Cangkang
Setelah dipisahkan dari serabut selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu 56ºC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator. Setelah terpisah dari tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya inti dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90ºC.

STANDAR MUTU MINYAK KELAPA SAWIT


Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan bahwa minyak tersebut bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu:
  1. Kandungan air dan kotoran
  2. Kandungan asam lemak bebas
  3. Warna
  4. Bilangan peroksida
 Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu, adalah:
  1. Titik cair
  2. Kandungan gliserida
  3. Refining loss (kehilangan pada saat pengolahan)
  4. Plastisitas (kelenturan)
  5. Spreadability (kemudah-tersebaran)
  6. Kejernihan
  7. Kandungan logam berat
  8. Bilangan penyabunan
 Mutu minyak kelapa sawit yang baik, umumnya mempunyai:
  • Kadar air  < 0,1%
  • Kadar kotoran  <  0,01%
  • Kandungan asam lemak bebas, serendah mungkin yaitu < 2%
  • Bilangan peroksida < 2
  • Bebas dari warna merah & kuning, tidak berwarna hijau, harus berwarna pucat dan jernih
  • Kandungan logam berat serendah mungkin, bahkan bebas dari ion logam.


I.  STANDAR MUTU:

Rujukan / reference:
  1. SNI
  2. Ordinary (biasa)
  3. Special Prime Bleach (SPB)
  4. Internasional

      Jika Minyak Kelapa Sawit akan dijual di Indonesia (dalam negeri) cukup Standar Mutu SNI, teapi jika akan dieksport maka harus memenuhi Standar Mutu Internasional, jika tidak, akan sulit bersaing di pasaran dunia.

Standar mutu yang harus dipenuhi adalah:
  1. Warna                        )
  2. Kadar air                   )     SNI           )
  3. Pengotor                    )                      )
  4. Asam lemak bebas   )                      )
  5. Bilangan Iod                                     )
  6. Besi                                                     )  SPB
  7. Tembaga                                            )
  8. Karoten                                              )
  9. Tokoferol                                           )
  10. Pemucatan : Red & Yellow             )

SNI:
SNI = Standar Nasional Indonesia
Untuk Minyak Kelapa Sawit, SNI 01-2901-1992, terdiri dari:
a.       Ruang Lingkup:
Meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, dan cara pengemasan minyak kelapa sawit
b.      Definisi:
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah Elaeis guineensis Jacg.
c.       Jenis Mutu:
Minyak kelapa sawit digolongan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatra palm oil.
d.      Syarat Mutu

No.
Karakteristik
Syarat
Cara Pengujian
1.
Warna
Kuning jingga smp kemerahan
Visual
2.
Asam lemak bebas (sbg asam palmitat)
5,0
BS 684-1958
3.
Kadar kotoran
0,05
SNI 01 – 3184 - 1992
4.
Kadar air
0,45
BS 684-1958
Sumber:  SNI - 1992

5.      Pengambilan contoh
a.              Cara Pengambilan contoh
b.             In bulk
c.              Petugas pengambil contoh

6.      Pengemasan
a.              Cara pengemasan
b.             Pemberian merk
  
Minyak kelapa sawit mentah (CPO), SNI 01-2901-2006
Kriteria Uji :
No.
Kriteria
Satuan
Pesyaratan
A
Warna
-
Jingga kemerah
B
Kadar air dan kotoran
%, fraksi masa
0,5 maks
C
Asam lemak bebas (sbg asam palmitat)
%, fraksi masa
0,5 maks
D
Bilangan yodium
g yodium /100g
50 – 55
  
Minyak Mentah Inti Sawit (PKO), SNI 0003-1987
Kriteria Uji :
No.
Kriteria
Satuan
Pesyaratan
A
Asam lemak bebas (sbg asam laurat)
%  (w/w)
Maks 5,0
F
Kandungan benda asing
%  (w/w)
Maks 0,05
G
Kadar air
%  (w/w)
Maks 0,45

Minyak kelapa sawit lainnya, SNI 01-0018-1987
Kriteria Uji :
No.
Kriteria
Satuan
Persyaratan
A
Asam lemak bebas
%  (b/b)
Maks 0,1
B
Kadar air dan kotoran
%  (b/b)
Maks 0,15
C
Bilangan Iod
-
Min 55
D
Titik keruh
° C
Maks 10
E
Titik lunak
° C
Maks 24
F
Warna
-
Merah: maks 3 ; Kuning: maks 30
G
Rasa
-
Normal

Produk Oleo chemical:
1.      Margarin dalam kemasan kedap udara
2.      Margarin dalam kemasan tidak kedap udara
3.      Sabun mandi & sabun toilet
4.      Sabun kesehatan & desinfektan
5.      Bungkil & limbah padat lainnya

DISKRIPSI / URAIAN:
Standar ini menetapkan:
  1. Syarat mutu,
  2. Pengambilan contoh,
  3. Cara uji,
  4. Pengemasan,
  5. Syarat penandaan dan rekomendasi minyak kelapa sawit mentah (Crude palm oil - CPO).
 Syarat mutu meliputi:
  1. Warna yaitu jingga kemerah-merahan;
  2. Kadar air,
  3. Kotoran
  4. Asam lemak bebas (sebagai asam falmitat) maks 0,5 (%, fraksi masa)
  5. Bilangan yodium 50-55 (g yodium/100g)
Pengambilan contoh diterapkan untuk:
  • In bulk (storage tank) dan/atau
  • Palka kapal serta mobil tangki (road tanker)

Pengujian penentuan warna: secara visual dengan kasat mata
Penetapan kadar air, dilakukan dengan 2 metode yaitu:
  1. Metode pemanasan dengan oven atau
  2. Metode pemanasan dengan hot plate.
      Prinsip penghitungan persentase kandungan air adalah selisih berat contoh sebelum dan sesudah dipanaskan.

Kadar kotoran:
Dihitung sebagai bahan yang terkandung dalam minyak sawit mentah yang tidak larut dalam n-heksan atau light petroleum.

Kadar asam lemak bebas:
Dihitung sebagai presentase berat (b/b) dari asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit mentah (CPO) dimana berat molekul asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 256 (sebagai asam palmitat).

Bilangan yodium:
Dinyatakan sebagai gram yodium yang diserap per 100 gram minyak.

Pengemasan:
Minyak kelapa sawit mentah (CPO) dikemas dalam bentuk curah (bulk) atau mobil tangki (road tanker). Wadah yang dipakai harus dibuat dari bahan yang tidak mempengaruhi isi dan melindungi produk dari kontaminasi luar.
Pengiriman:
Pada setiap pengriman, dilengkapi dengan dokumen berisi keterangan
  1. nama dan alamat perusahaan ;
  2. nama barang;
  3. tempat tangki timbun di pelabuhan (Shore tank);
  4. tanggal pengiriman;
  5. berat bersih;
  6. tempat/negara tujuan; dan
  7. keterangan-keterangan lain yang diperlukan.
Rekomendasi suhu minyak CPO:
  1. Pada waktu akan dimuat/dibongkar (loading/dicharge) adalah 45°C sampai 55oC,
  2. Selama perjalanan (voyage) adalah maksimum 40°C
 Lemak dan minyak hewani dan nabati, SK Penetapan : 107/KEP/BSN/05/2006 Tanggal Penetapan : 16-05-2006 [dd-mm-yyyy], SNI Ini Merevisi  SNI 01-2901-1992 Minyak kelapa sawit 

Standar Mutu SPB dan Ordinary:

No.
Kandungan
SNI
SPB
Ordinary
1.
Warna
Kuning-jg-kmrh
-
-
2.
Air
Maks 0,5 %
0,1 %
0,1 %
3.
Pengotor
Maks 0,5 %
0,002 %
0,01 %
4.
Asam lemak bebas
Maks 0,5 %
1-2 %
3-5 %
5.
Bilangan Iodium
50 - 55 g Iod/100 g
53 ± 1,5
45 - 56
6.
Besi
10 ppm
10 ppm
7.
Tembaga
0,5 ppm
0,5 ppm
8.
Karoten
500 ppm
500 – 700 ppm
9.
Tokoferol
800 ppm
400 – 600 ppm
10.
Pemucatan: Red
                      Yellow
< 2,0
20
< 3,5
35
Sumber: Krischenbauer (1960)

II. STANDAR ILMIAH MINYAK KELAPA SAWIT

1.      Sifat Fisiko-Kimia
2.      Pengujian Sifat Fisik
3.      Pengujian Sifat Kimia
4.      Berdasar Analisis Pangan (IPB)

Sifat Fisiko-Kimia:

a)  Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit (CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel)

No.
Sifat Fisiko-Kimia
Minyak Sawit
Minyak Inti Sawit
1.
Bobot jenis (suhu kmr)
0,900
0,900 – 0,913
2.
Indeks bias (D. 40°C)
1,4565 – 1,4585
1,405 – 1,415
3.
Bilangan Iod
48 – 56
14 – 20
4.
Bilangan Penyabunan
196 – 205
244 – 254
Sumber: Krischenbauer (1960)

b)     Minyak kelapa sawit sebelum & sesudah dimurnikan

No.
Sifat Fisiko-Kimia
MS Kasar
MS Murni
1.
Titik cair : awal
21 – 24
29,4
                   akhir  
26 – 29
40,0
2.
Bobot jenis pada 15°C
0,859 – 0,870
-
3.
Indeks bias (D. 40°C)
36,0 – 37,5
40 – 49
4.
Bilangan Penyabunan
224 – 249
196 – 206
5.
Bilangan Iodium
14,5 – 19,0
46 – 52
6.
Bilangan Reichert Meissl
5,2 – 6,5
-
7.
Bilangan Polenske
9,7 – 10,7
-
8.
Bilangan Krichner
0,8 – 1,2
-
9.
Bilangan Bartya
33
-
Sumber: Krischenbauer (1960)

Pengujian Sifat Fisik (Ketaren, 38-48):
1.            Penentuan kadar minyak
2.            Kadar air & Zat menguap
3.            Bobot jenis
4.            Titik cair
5.            Turbidity point
6.            Indeks bias
7.            Warna dengan Spektrofotometer
8.            Warna dengan cara Wesson
9.            Kelarutan

Pengujian Sifat Kimia (Ketaren, 48-65):
  1. Bilangan asam
  2. Bilangan penyabunan
  3. Bilangan ester
  4. Bahan yang tidak tersabunkan
  5. Asam lemak total
  6. Asam lemak jenuh & tidak jenuh
  7. Bilangan Hehner
  8. Bilangan Reichert-Meissl
  9. Bilangan Polenske
  10. Bilangan Kirschner
  11. Bilangan Iodium
  12. Bilangan Thiocyanogen
  13. Bilangan asetil & hidroksi
  14. Bilangan peroksida

Berdasarkan analisis pangan:
  1. Titik cair
  2. Bobot jenis
  3. Turbidity point
  4. Indeks bias
  5. Uji ketengikan
  6. Bilangan TBA
  7. Bilangan peroksida
  8. Bilangan Iodium
  9. Bilangan penyabunan
  10. Bilangan asam
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Kuliah  Kimia Dasar TPS ITSB 2011-2012 Dr. Endang Kumolowati, M.Apt.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kunjungan Lapang Balittri (Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar)

Sejarah Penyebaran Tanaman Kopi